“aih..” kulihat matahari terbit di dadamu pagi ini
sinarnya benderang menghapus pekat menahun
kau buka mata perlahan-lahan
dengan penuh harap kutunggu matamu merayap ke ujung kalbuku
bekas cakarmu telah kering di keningku
satu dasa warsa ringkas dalam sedenting detak jarum weker
nila dan madu kita aduk jadi secawan
namun tetap terasa manis
tertibaklah kabut hitam terganti sejuntai tirai sutera
kau jentikkan peluh di mataku
hujanpun berdendang syahdu biru
Tidak ada komentar:
Posting Komentar