Selasa, 06 Januari 2009

bulan sendawa tadi malam sehabis bergulat dengan kelam

“aih..” kulihat matahari terbit di dadamu pagi ini
sinarnya benderang menghapus pekat menahun

kau buka mata perlahan-lahan
dengan penuh harap kutunggu matamu merayap ke ujung kalbuku

bekas cakarmu telah kering di keningku
satu dasa warsa ringkas dalam sedenting detak jarum weker
nila dan madu kita aduk jadi secawan
namun tetap terasa manis

tertibaklah kabut hitam terganti sejuntai tirai sutera
kau jentikkan peluh di mataku
hujanpun berdendang syahdu biru

Tidak ada komentar:

Posting Komentar